Ekspos Pesona Batik Kudus dengan Motif Daun Tembakau

MENYUKAI motif batik dengan memiliki koleksi batik bermacam motif diakui Renitasari. Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation itu menyebutkan mengoleksi motif batik dari beberapa daerah yang ia sukai. Tentunya lantaran keindahan corak batik yang memikat hati perempuan kelahiran Jakarta 12 Februari 1974 itu. “Selain batik Kudus, motif Cirebon dan Pekalongan juga ada,” katanya.Dalam helaian batik kata lulusan Stamford Collage Singapore itu memiliki banyak makna dan filosofi. Menjadi identitas bangsa Indonesia di mata dunia. Tidak hanya mengandung unsur sejarah, namun juga terkait perkembangan sejarah. Termasuk kota Kudus yang terkenal sebagai industri rokok kretek. Walaupun terkenal dengan hasil tembakau, namun belum banyak mengetahui memiliki tradisi batik cukup tua. Sejak zaman penjajahan Belanda batik Kudus sudah terkenal. Ragam motik batik hand made aslinya justru adanya di Belanda. Renitasari sangat menyayangkan warisan Indonesia justru dihargai di luar negeri. Bila diabaikan, lama-lama warisan batik Kudus akan punah dan hilang ditelan perubahan zaman. “Generasi sekarang bayak tidak mengetahuinya. Untuk memelihara warisan leluhur itu Djarum Apresisi Budaya bekerjasama dengan Rumah Pesona Kain,” terangnya usai pemotretan dengan INDOPOS di Graha Bimasena Jaksel beberapa hari lalu.

Dalam program Pesona Batik Kudus itu dirancang oleh Barli Asmara. Helaian kain itu merupakan karya pengrajin batik Kudus yang mengekspos motif dan warna-warni daun tembakau.Batik Kudus dipilih karena keunikan motif dan corak. Dikenal sebagai batik peranakan yang halus dengan sian dalam ragam pola (isen-isen). Tampak rumit di antaranya terdapat isen gabah sinawur, moto iwak, mrutu sewu dan masih banyak lagi. “Sejak setahun terakhir kami menyiapkan rencana membuat batik Kudus itu bersama para pengrajin daerah asal. Kini batik Kudus bisa didapat masyarakat termasuk warga Jakarta,” ucapnya.Batik Kudus juga dikenal dengan warna-warna sogan atau kecoklatan. Corak tombak kawung atau parang. Dihiasi dengan buketan atau rangkaian bunga dengan imbuhan pinggiran lebar. Taburan kembang tampak kupu-kupu dan burung dengan warna-warna cerah seperti umumnya batik pesisiran.Sesuai pengakuan UNESCO 2009 lalu lanjut Reni, memosisikan batik sebagai bu-daya tak benda warisan manusia (intangible cultural heritage of humanity j. Pengakuan dunia itu menjadi momen pecinta batik untuk melestarikan tradisi nenek moyang.

Uniknya kreasi hasil kerjasama dengan Rumah Pesona Batik untuk Batik Djarum menciptakan kaya motif. Tampak ornamen keramik cina insen cengkeh, kapal kandas, parijoto, daun tembakau, cengkeh dan alat pelinting rokok. Motif kapal kandas merupakan motif yang memiliki kisah khusus. Diungkap dari sejarah kapal dam-po awing milik sampokong yang kandas di gunung Muria. Ketika itu kapal itu membawa rempah-rempah yang berkhasiat sebagai obat-obatan yang sekarang tumbuh subur di Gunung Muria. Nah, cengkeh, daun tembakau dan alat pelinting rokok menjadi simbol Kudus sebagai kota kretek. “Batik Kudus sangat unik, warna kekuningan pada motif merupakan aplikasi dari daun tembakau,” katanya.Sebagai produk yang dihasilkan di daerah pesisir yang sarat dengan pengaruh Cina. Sekaligus menjadi pusat penyebaranIslam di pulau Jaw j Cerminan pengaruh budaya Islam jugatam-f.il pada bagian motif yang muk kaligrafi. Leng-, kap dengan warna-warna gelap seperti biru tua dan hitam yang mendominasi batik tersebut.Batik Kudus mulai dikenal pada abad 17 dan menjadi bagian identitas masyarakat pada kurun waktu 1880 hingga 1940. Setelah itu perlahan mulai memudar dan puncaknya pada masa 1980 hingga 2000 batik Kudus hanya tinggal arte-fak budaya yang nyaris punah. Sulit ditemui di masyarakat dan generasi muda tidak mengeta-hui peninggalan budaya leluhur itu.

yer

Print Friendly, PDF & Email
line