Kala Tak Tergoda Merokok Lagi

NGIN berhenti merokok? Mungkin resep jurnalis asal Yogyakarta Ini bisa jadi inspirasi. Muh Syaifullah, koresponden Tempo ini sudah dua bulan tak merokok. Dia mengaku lebih bugar, sehat, dan dada yang dulu sesak kim lebih lega. Keinginan berhenti merokok datang tiba-tiba, kalau ada yang menawari saya langsung bilang tak tergoda (dengan logat Bali),” kata Syaifullah kepada Jurnal Nasional, Minggu (29/5).Ada motivasi khusus yang dia sugestikan tiap hari untuk tak merokok. Meski seakan-akan tetap beli rokok dengan mengeluarkan uang Rp 15 ribu tiap hari. Hanya, uang tak dibelikan rokok tapi masuk ke celengan khusus yang disiapkan.Satu bulan uang bisa mencapai Rp450 ribu. Ini terapi psikologis yang bermotif ekonomi Juga, ujar dia sambil tertawa.Menipu diri sendiri, dengan mengeluarkan uang untuk bell rokok bukan hal mudah. Apalagi di komunitas pekerjaan sebagai jumalis hampir tiap hari selalu terpapar asap rokok saat berkumpul bersama. Godaan itu berhasil diatasi dengan sikap disiplin berhenti merokok total. Saya tak pernah Ikut konsultasi berhenti merokok, tidak juga memusuhi orang merokok, tapi memang berniat berhenti merokok.”

Menjelang peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia, di Yogyakarta sejumlah elemen masyarakat melakukan aksi.Secara khusus, pengusaha Wa-roeng Steak pun memasang spanduk kepada pengunjung dan konsumen tak merokok satu hari pada 31 Mei ini. Minggu (29/5) siang puluhan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah (UMY) Yogyakarta menggelar aksi di Nol Kilometer dengan edukasi khalayak terkait bahaya merokok. “Ini langkah kami upayakan masyarakat meninggalkan rokok agar mereka lebih sehat. Sekaligus kampanye jelang peringatan Hari Tanpa Merokok Sedunia,” kata Abdul Charis, koordinator aksi. Mereka memberikan selebaran dan brosur untuk meninggalkan rokok dan memeriksakan kesehatan gratis kepada masyarakat di Alun-alun UtaraYogyakarta. Sesuai data Quit Tobacco Indonesia, tiap tahun ada saja perokok baru. Hasil survei kepada 2015 siswa SMP-SMA di Yogyakarta, misal, ada 16 persen perokok eksperimenter dan empat persen perokok reguler. “Eksperimenter adalah pelajar yang mencoba dengan teman dan reguler yang merokok tiap hari. Kebanyakan dari kelompok eksperimenter Itu laki-laki,* ucap Yayl Suryo Praban-dari, ketua tim peneliti, Quit Tobacco Indonesia.

Faktor eksternal menyebabkan siswa merokok antara lain, akibat pengaruh teman, keluarga, lingkungan, iklan dan kemudahan mendapatkan produk rokok. Untuk faktor Internal biasa karena pengetahuan rokokdan bahaya, persepsi dan rasa Ingin tahu yang besar. “Pendidik punya pengaruh besar, karena dari survei kita kepada 1.602 guru dari 30 SMP dan SMA tenyata 10 persen belum mendapatkan pelatihan penyusunan masalah rokok, 68 persen guru mengaku pernah merokok dalam satu tahun terakhir;Selama dua tahun terakhir, QTI telah mendorong pengurangan perokok dengan mengupayakan layanan konsultasi berhenti merokok di Puskesmas kota Yogyakarta, dan membuat ruang berhenti merokok di tempat umum. Harus ada paksaan bagi perokok aktif punya kesadaran menghentikan perilaku merokok.”Much Fatchurochman
By. Much Fatchurochman

Print Friendly, PDF & Email
line