Penduduk Miskin DKI Meningkat Drastis

Pengeluaran Terbesar untuk Makanan
SURVEY Badan Pusat Statistik (BPS) DW mencatat pada Maret 2011, jumlah penduduk miskin di Jakarta meningkat hingga 51240 jiwa atau 027 poin bila dibandingkan dengan jumlah pada Maret 2010 Pada Maret 2011 tercatat penduduk miskin sebanyak 363.420 jiwa atau 3,75 persen dari total penduduk ibu kota. Padahal di bulan yang sama tahun lalu sebanyak 312.180 orang atau 3,48 persen. Jumlah tersebut dipicu peningkatan kapita per bulan garis kemiskinan pada 2011, serta pola hidup masyarakat yang mengalami perubahan.Kepala BPS DKI Jakarta Agus Suherman mengatakan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar untuk mengukur kemiskinan. Dengan pendekatan itu, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan, dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengelua-ran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung persentase penduduk miskin terhadap total penduduk, ujar Agus, kemarin (1/7).

Metode yang digunakan dengan menghitung garis kemiskinan, kata dia terdiri dari dua kom-1 m ii im Yaitu garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan non makanan. Penghitungan garis kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan pedesaan. Kecuali di Jakarta yang seluruh wilayahnya daerah perkotaan. “Jadi yang disurvey penduduk miskin yang merupakan penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis-kemlskinan,* ungkap Agus.Berdasarkan survey di enam wilayah DKI Jakarta, beber dia, garis kemiskinan pada 2011 sebesar Rp 355.480 per kapita per bulan. Jumlah ini lebih tinggi dari garis kemiskinan pada 2010 sebesar Rp 331.169 per kapita per bulan.Kenaikan garis kemiskinan ini disebabkan faktor kenaikan laju inflasi dari tahun sebelumnya. Inflasi pada Maret 2010 mencapai 3,49 persen. Sedangkan Maret 2011 menca-pai 5,95 persen Laju Inflasi tinggi di tahun ini karena kenaikan harga-harga makanan dan minuman Itu yang memacu kenaikan garis kemiskinan” tandas Agus.

Akibatnya jumlah pengeluaran penduduk meningkat hingga Rp 355.480 per kapita per bulan atau harus mengeluarkan uang sekitar Rp 11.000 per hari. Dengan komposisi garis kemiskinan, yaitu garis kemiskinan makanan sebesar Rp 229.147 atau64,46 persen dan garis kemiskinan non makanan sebesar Rp 117.682 atau 35,54 persen. “Temyata, dari 9,6 juta penduduk DK] Jakarta, ada 3,75 persen atau 363.420 orang yang pengeluarannya di bawah garis kemiskinan Orang miskin di Jakarta lebih banyak mengeluarkan uang untuk kebutuhan makanan, daripada kebutuhan non makanan seperti tempat tinggal dan lainnya” tutur Agus.Menurutnya komoditi makanan yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan garis kemiskinan, yaitu beras, rokok kretek filter, daging ayam ras dan telur ayam ras. Sedangkan komoditi non makanan yang mempengaruhi peningkatan garis kemiskinan yaknibiaya perumahan dan listrik, pemeliharaan kesehatan dan pendidikan ladi, perokok merupakan salah satu faktor penyebab rumah tangga menjadi miskin Begitu juga menyebabkan kesehatan menurun sehingga harus mengeluarkan pengeluaran lebih gara-gara dampak rokok, tukas Agus, (rul)
By. rul

Print Friendly, PDF & Email
line