Dr Tribowo Ginting, Jago Bikin Orang Berhenti Merokok

10/28/2011 18:09:52

 

Dr Tribowo Ginting, Jago Bikin Orang Berhenti Merokok
Jakarta, Tak mudah untuk membuat orang berhenti merokok. Tapi di Klinik Berhenti Merokok RSUP Persahabatan, hampir 100 persen pasien yang datang berhasil tobat rokok. dr Tribowo Ginting adalah salah satu tim dan psikiater yang jago bikin orang berhenti merokok.Sudah 3 tahun dokter bernama lengkap dr Tribowo Tuahta Ginting, SpKJ ini bergabung menjadi tim dokter di Klinik Berhenti Merokok RSUP Persahabatan, Jakarta. Selama itu hampir semua pasien yang ia tanganinya dapat berhasil berhenti merokok.”Sejak tahun 2008 pasien belum terlalu banyak karena berbagai faktor yang menyebabkan mereka belum mau datang ke Klinik Berhenti Merokok. Sekarang sudah sekitar 50 persen dan angka keberhasilannya hampir 100 persen karena penanganannya multidisiplin,” jelas dr Tribowo Tuahta Ginting, SpKJ, dokter spesialis Kedokteran Jiwa dari RSUP Persahabatan, saat dihubungi detikHealth, Senin (24/10/2011).Meski dengan tingkat keberhasilan tinggi, tak jarang dr Tri menghadapi pasien yang sangat kecanduan dengan rokok dan menolak untuk diterapi. Ada pula pasien yang sudah berhasil sembuh namun lagi-lagi kembali ingin menghisap rokok.

“Ada yang sulit, sudah berkali-kali diterapi tapi pinginnya ngerokok lagi. Ini kebetulan perempuan, dia heboh sendiri dan takut berhenti. Ada juga laki-laki banyak problem psikiatri, masalah keluarga, masalah pekerjaan, akhirnya lari ke rokok. Mau dihipnoterapi tapi ragu-ragu, menolak diterapi,” lanjut ayah dua anak ini.Melihat pasien yang kambuh dan ingin merokok lagi tentu saja membuat dr Tri merasa sangat terbebani. Namun hingga saat ini, hampir semua pasiennya dapat berhenti merokok.Tak tanggung-tanggung, ia bahkan bisa membuat orang yang sudah hampir 40 tahun merokok dapat tobat dan berhenti merokok.”Ada pasien saya umurnya 50 tahun tapi sudah lebih 35-40 tahun merokok, jadi dia merokok dari remaja. Dan sekarang dia berhasil berhenti merokok. Pasien tertua ada yang umurnya hampir 60 tahun dan termuda 16 tahu, itu orangtuanya yang mengajak. Saya senang kalau banyak pasien yang bisa berhenti merokok,” ungkap dr Tri.
Menurut dokter lulusan Fakultas Kedokteran Indonesia ini, ada banyak hal yang membuat orang mulai merokok dan akhirnya kecanduan. Namun rata-rata penyebabnya adalah coba-coba.
Kebanyakan pecandu rokok yang menjadi pasien dr Tri mulai merokok karena alasan agar mudah bergaul dan diterima di komunitas tertentu. Selain itu, masalah psikologis dan tekanan tertentu juga membuat orang akhirnya melarikan masalahnya pada rokok.”Rata-rata alasanya agar mudah bergaul, ingin diterima di pergaulan atau menyukai tantangan dan coba-coba, tapi akhirnya kecanduan karena efek nikotin. Ada juga karena pelarian, punya masalah di keluarga atau pekerjaan larinya ke rokok,” jelas dr Tri.

Cita-cita awal memang jadi dokter

Keinginan dr Tri untuk menjadi dokter memang adalah cita-citanya sejak kecil. Di bangku SD, ia sudah aktif menjadi dokter kecil dilanjutkan bergabung dengan tim Palang Merah Remaja (PMR) di tingkat SMP dan aktif dengan karya ilmiah saat SMA.”Cita-cita dari kecil sudah ingin jadi dokter, jadi saat lulus ya langsung daftar ke fakultas kedokteran nggak ke yang lain,” lanjut dokter yang juga praktik di RS MMC (Metropolitan Medical Centre) Kuningan, Jakarta.Sedangkan keinginannya untuk menjadi dokter kesehatan jiwa (psikiatri) bermula saat ia menjalani tugas co-ass. Menurut dr Tri, membantu orang dengan masalah kejiwaan membuatnya merasa lebih bersyukur.”Saya merasa tidak cocok dengan bagian yang berkaitan dengan bedah, saya lebih cocok ke bagian medisnya terutama psikiatri, membantu orang dengan problem stressor, berkomunikasi, psikoterapi. Mungkin klise, saya merasa bersyukur tidak mengalami problem seperti itu (masalah kejiwaan),” jelas dr Tri.

dr Tri juga memiliki pengalaman menarik saat menjalani tugas dokter PTT (Pegawai Tidak Tetap) di daerah Rengat, sebuah kabupatan yang berjarak 4 jam dari Pekanbaru, Riau.Awal bertugas di daerah tersebut, tidak banyak masyarakat yang tahu bahwa ada dokter jiwa yang bertugas di rumah sakit daerah, karena memang pada umumnya dokter spesialis kejiwaan banyak terdapat di kota besar.Kemudian dr Tri berusaha untuk menyebarluaskan informasi melalui siaran radio agar lebih banyak masyarakat yang tahu. Sejak saat itu banyak pasien yang datang, bahkan ada yang harus menempuh waktu 7 jam perjalanan hanya untuk berkonsultasi dengannya.”Ada yang 7 jam perjalanan dari daerahnya. Berangkat jam 5 subuh sampai sudah jam 1 lebih dan itu sampai ke rumah sakit sudah dalam keadaan ngamuk-ngamuk. Karena RS daerah, tidak banyak juga fasilitas yang didapat. Kita yang mengadakan penyuluhan sendiri, siaran lewat radio, petugas turun ke lapangan langsung dan mengajarkan tentang kesehatan jiwa,” kenang dr Tri.

 

By. Merry Wahyuningsih
Print Friendly, PDF & Email
line