Antara Pasar, Konsumsi Rokok Cukai

Pengertian ilmu ekonomi bermula dai i persoalan pencapaian keinginan tidak terbatas, tapi dihadapkan pada terbatasnya sumber daya. Konsekuensi persoalan tersebut, keharusan untuk memilih. Penentuan keputusan konsumsi, mempertimbangkan rasionalitas konsumen dalam memilih. Pada saat menetapkan suatu keputusan membeli barang tertentu, saal itu timbul kesempatan hilang akibat tak bisa mengkonsumsi barang lain i opportunity cost iSistem ekonomi diperlukan untuk mengelola pembagian sumber daya Sistem ekonomi dikelompokkan menjadi dua, yaitu tersentralisasi dan terdesentralisa.-si. Sistem yang tersentralisasi memutuskan, distribusi sumber daya dilakukan terpusat Negara menjadi pihak yang berkuasa penuh mendistribusikan barang dan jasa ke seluruh rakyat. Sis-tem ini mensyaratkan penegakkan atau pemaksaan atas keputusan (li.srtiluisi sumber daya yang ditetapkan oleh pemerintah. Sedangkan di terdesentralisasi, keputusan distribusi sumber daya dilakukan secara terdesentralisasi dan sukarela. Sehingga tidak perlu pemaksaan. sistnn ini bernama mekanisme pasar.

Dalam mekanisme pasar, terjadi transaksi sukarela antara pihak yang memiliki sumber daya nmuk memenuhi tujuan pribadi I mereka. Transaksi terjadi, jika id maupun pembeli yakin manfaat transaksi. Mereka memiliki ke sempalan sama untuk meningkatkan kepuasan. Pasar yang mengatur diri sendiri adalah, sistem terbaik dalam mengalokasikan sumber daya, lsn lahnya, tangan tidak terlihat mekanisme pasar (invisible hand of market mechanism iTapi, mekanisme pasar mungkin gagal. Beberapa sumber kegagalan antam lain persaingan tidak sempurna informasi ti dak sempurna, barang altruisme, barang publik dan ekstemalitas. Jika pasar persaingan sempurna menghasilkan sistem terbaik mengalokasikan sumber daya, maka pasar persaingan tidak sempurna menghasilkan kerugian perekonomian xdweighl losa) dalam bentuk harga lebih mahal dan kuantitas lebih sedikit Informasi tidak sempurna antara pihak yang bertransaksi, menghasilkan keputusan transaksi tidak rasional Sementara barang altruisme yang ndak memiliki harga, seperti danoi darah, ndak hanya menyebabkan kurangnya penawaran barang tersebut, tapi keengganan menerap kan harga karena pertimbangan sosial

Sedangkan barang publik yang untuk mengkonsumsi ndak memerlukan rivalitas ( non rn nl,,/ i ilan lak bisa menghalangi Orang lan…..-ngkonsunLsi i non Eariiiilniili). Seperti jalan umum, jembatan,dan taman, menyebabkan tidak adanya pihak yang mau menghasilkan.Salah sain pemecahan mengatasi kegagalan pasar, dengan intervensi pemerintah, baik melalui harga maupun non-I iai iia Rokok produk tembakau) menurut I I Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 113 ayat 2 adalah, zal adiktif yang dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya dan atau masyarakat. Di pasal 113 ayal 1, pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif diarahkan agar tidak mengganggu dan tidak membahayakan kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat dan lingkungan. Sehingga jelas, konsumsi rokok harus dikurangi, agar tidak membahayakan kesehatan. Terdapatsumber kegagalan pasar akibat konsumsi rokok, yaitu informasi tidak sempurna ilan timbulnya ekstemalitas negatif.

Membuat konsumen tak rasional

Tobacco Kills, demikian pesan singkat dan jelas dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengenai produk tembakau (rokok). Rokok juga menimbulkan adiksi alan kecanduan seperti dinyatakan oleh i (J Kesehatan Kedua Informasi tersebut udalah fakta mengenai rokok Konsumen rasional tentu akan mengurangi konsumsi rokok dan tidak memulai mengkonsumsi karena takut teradiksLNamun sayang, beberapa hal telah nubabkan konsumen bersifat ndak rasional dalam konsumsi rokok. Penyebab nya, masih murahnya harga rokok masih masifnya iklan rokok dan tidak I” rfung-sinya peringatan kesehatan di bungkus rokok. Jika menilik peraturan menteri keuangan mengenai cukai tembakau terbaru (No. 167/PMK.011/2011), harga termurah yang diperbolehkan untuk sigaret kretek tangan golongan produksi 3 yaitu Rp. 2il per balang. Artinya, dengan uang Rp. 1.000 kita bisa membeli 4 batang rokok. Marga ini sangat murah, bahkan le bih murah dari pembelian permen satuan, kini rata-rata Rp 1 000 per 3 permen. Murahnya harga, menyebabkan konsumen memandang rokok sebagai barang yang normal dikonsumsi. Walhasil, konsumsinya cenderung terus meningkat 1 ii samping itu, iklan rokok yang sangat masif, membelokkan kesan konsumen terhadap rokok dari produk yang mematikan tlan menimbulkan kecanduan menjadi produk bermanfaat, terkait sportivitas, maskulinitas, kebebasan dan petualangan.

Iklan rokok dapat menyebabkan konsumen semakin tidak rasional dalam mengkonsumsi. Terakhir, peringatan kesehatan yang minim di bungkus rokok kurang efektif menyebarkan informasi mengenai dampak buruk rokok bagi kesehatan. Peringatan kesehatan tidak hanya minim dari segi ukuran, tapi juga permanen pesan ilan tidak dilengkapi gambar penyakit akibat perilaku merokok. Ketiga faktor ini menyerahkan informasi yang tidak sempurna diterima konsumen. Implikasinya, konsumen semakin tidak rasional yang mendorong konsumsi rokok cenderung meningkat dari waktu ke waktu.Konsumsi rokok juga menimbulkan ekstemalitas negatif. Mereka yang tidak merokok dan terpapar asap rokok dampak negatif dari asap rokok orang lain (arol). Dampak negatif arol mulai ketidaknyamanan, kurang beretika dan memiliki risiko terkena penyakit yang berkaitan dengan 11 kok. yang sama besarnya dengan perokok aktif.

Seharusnya, negara mengintervensi pasar rokok agar ekstemalitas negatif mi dapat berkurang. Intervensi negara bisa dengan cara mengintemalisasi biaya eks ti malitas negatif ke harga rokok. Sehingga harga rokok bertambah mahal dan masyarakat akan mengurangi konsumsi. Internalisasi ini bisa berwujud tarif cukai, yang pada akhirnya akan meningkatkan huga iokok Cukai bertujuan mengendalikan konsumsi komoditas legal yang merusak, baik bagi kesehatan, lingkungan hidup maupun kehidupan bermasyarakat. Dalam bahasa Inggris, cukai berar-n h, ru ise yang bisa dipakai mengambil tumor dalam inbuh.Cukai dikenakan untuk memotong uan mengendalikan konsumsi rokok. Dan cukai memiliki efek samping yang bak, yaitu peningkatan penerimaan negara Namun indikator kesuksesan kebijakan cukai rokok, tetap pada terkendau-nya tingkat kqnsumsi rokok rian bukan pada target penerimaan negara.

 
By. Abdillah Ahsan

Print Friendly, PDF & Email
line