Harga Pangan Turun, Deflasi 0,32 Persen

Jakarta – Seperti sudah diperkirakan sebelumnya, deflasi bakal terjadi pada Maret 2011. Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini, Jumat (1/4), melansir telah terjadi deflasi sebesar 0,32 persen.
Dengan capaian tersebut, laju inflasi tahun kalender (Januari-Maret 2011) tercatat menjadi sebesar 0,70 persen dan laju inflasi year on year (Maret 2011 terhadap Maret 2010) sebesar 6,65 persen.Kepala BPS Rusman Heriawan mengatakan, deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukan oleh turunnya harga bahan makanan sebesar 1,94 persen. Sementara itu, inflasi terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakausebesar 0,32 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,29 persen; kelompok sandang 0,38 persen; kelompok, pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,17 persen; dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,08 persen. “Deflasi yang terjadi ini yang tertinggi sejak empat tahun terakhir Deflasi tinggi 2009 terjadi pada April sebesar 0,31 persen. Ini karena kita sudah mengalami, peningkatan harga-harga yang tinggi di bulan-bulan sebelumnya,” ungkap Rusman di kantornya, Jakarta, Jumat. Rusman menyebutkan, bebera-pa komoditas turun harganya pada Maret 2011, antara lain cabai merah, beras, cabai rawit, bawang merah, daging ayam ras, cabai hijau, tomat sayur, gula pasir, dan tarif angkutan udara.”Untuk beras yang andil-nya cukup besar saja, harga rata-rata pada Maret tercatat sebesar Rp 8.791 per kilogram, menurun dibandingkan rata-rata harga pada Februari yang tercatat sebesar Rp 9.120 per kilogram,” tukasnya.

Sementara itu, komoditas yang mengalami kenaikan selama Maret 2011, antara lain telur ayam, emas putih, emas perhiasan, mie kering instant, tahu mentah, tempe, jeruk, air kemasan, rokok kretek filter, batu bata, tarif sewa rumah, upah tukang, upah pembantu, uang kuliah, dan bensin. Analis Danareksa Research Institute Purbaya.Yudi Sadewa, sebelumnya juga memperki-rakan akan terjadi deflasi pada Maret 2011. Namun, ia hanya memprediksi deflasi Maret sekitar 0,15 persen. “Biasanya Maret itu panen raya dan kerap memicu harga untuk turun lagi. Saya lihat harga pangan dunia juga sudah mulai turun,” kata Purbaya di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta, Kamis (31/3). “”Mtski demikian, gejolak politik dan keamanan di Umur lengah yang membuat harga minyak dunia menjadi fluktuatif harus diperhatikan. Untungnya, harga minyak dunia tersebut tidak akan terlalu memengaruhi inflasi dalam negeri.”Kalau masalah Timur Tengah selesai sudah tidak akan menyebar di Siria atau Saudi Arabia tidak akan masalah 1,9 juta barel per hari, tidak besar. Tapi kalau yang kena Arab, itu yang repot kare-na produksinya antara 8-10 juta barel per hari,”pungkasnya. Rusman melanjutkan, berdasar data empiris, pada Maret biasanya terjadi deflasi. Pada 2010, terjadi deflasi 0,14 persen. Jika Maret ini deflasi tidak bisa lebih rendah dari bulan yang sama tahun lalu, inflasi year on year akan tinggi. Pada Februari lalu, inflasi year on year bertengger di posisi eTKrsen. Data memang menunjukkan tekanan inflasi sudah mulai berkurang seperti terlihat pada inflasi bulanan pada Februari yang mencapai 0,13 persen (turun dari 0,89 persen pada bulan sebelumnya), dengan deflasi pada komponen bahan pangan sebesar 0,33 persen. Akibatnya, setelah turun selama 3 kali berturut-turut. Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) meningkat kembali pada bulan Maret sebesar 6,4 persen menjadi 85,0.”

 

Faisal Rachman

Print Friendly, PDF & Email
line