Kematian akibat Rokok Melonjak Tiga Kali Lipat
Michael Eriksen, salah satu peneliti dan Direktur Institute of Public Health Georgia State University, mengatakan, tren yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa adanya penurunan tingkat merokok di negara maju, tetapi peningkatan justru terjadi di negara miskin.”Jika kita tidak bertindak, maka ke depannya hal ini akan lebih mengerikan, dan beban kematian yang disebabkan oleh tembakau akan semakin tinggi di negara berkembang, terutama Asia, Timur Tengah, dan Afrika,” katanya.Eriksen mengungkapkan, hampir 80 persen orang yang meninggal karena penyakit terkait tembakau sekarang datang dari negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Di Turki, 38 persen kematian laki-laki dihubungkan dengan penyakit yang ditimbulkan akibat merokok, meskipun rokok juga masih menjadi pembunuh terbesar perempuan di Amerika.Sementara itu, CEO WLF Peter Baldini menuduh industri rokok tidak peduli tentang efek bahaya yang dapat ditimbulkan dari rokok tersebut. Merokok penyebab utama kanker paru-paru dan beberapa penyakit paru kronis lainnya merupakan faktor risiko utama pada penyakit jantung. Saat ini, lebih dari 170 negara telah menandatangani kesepakatan yang dibuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang pembatasan tingkat merokok, perlindungan terhadap para perokok pasif, serta membatasi iklan dan promosi rokok.”Kami tidak akan pernah membiarkan industri tembakau berada di atas angin. Tembakau adalah pembunuh. Tidak boleh diiklankan, disubsidi, atau dibuat glamor,” sambung Margaret Chan, Direktur Jenderal WHO.