Orangtua Bocah Perokok Cuma Bisa Pasrah
“Waktu usianya 4 tahun, dia diantar sama ibunya ke sekolah PAUD. Tapi suatu saat, ibunya ada kepentingan, jadi dia pergi sendiri. Enggak taunya tiba-tiba dia beli rokok dan kopi,” ujarnya kepada wartawan, Senin (19/3/2012).Pedagang rokok yang kerap didatanginya pun, diakui Umar telah melarang IH untuk membeli rokok. Namun, rasanya ia pun tak berdaya dengan rajukan sang anak.Hal itu sempat terjadi tanpa sepengetahuan Umar, hingga pada akhirnya ia mengetahui bahwa anaknya memiliki kebiasaan merokok beberapa bulan kemudian.”Setelah tau dia merokok, saya negor, memukul, mengikat, tapi dia tetap ngerokok di belakang. Lama-kelamaan dia berani minta rokok. Saya enggak ngasih. Saya cuma kasih uang jajan dan ternyata dibeliin rokok sama dia,” lanjutnya.
Kebiasaanya merokok pun dilanjutkan hingga sekarang. Umar mengaku tak berdaya dengan perilaku anaknya yang dilahirkan setelah 8 tahun pernikahannya dengan Nenah (35), 16 tahun lalu.
Salah satu perilaku yang menurutnya menyedihkan adalah, IH sempat menjadi tukang parkir di sebuah mini market hanya untuk membeli sebungkus rokok.”Sehari bisa sampai 2 bungkus. Itu lah yang buat terganggu sekolahnya, dia mau sekolah kalau dikasih rokok dan duit Rp. 10 ribu, saya keberatan karena saya cuma buruh,” ujarnya.Tak hanya itu, IH diketahui pernah mencuri barang milik saudaranya hanya untuk memenuhi hasrat untuk merokok. Kesal dengan perilaku sang anak, Umar pun membawanya ke Puskesmas serta paranormal untuk disembuhkan.”Ternyata usaha kami belum berhasil sampai sekarang. Ternyata dia punya penyakit adiksi,” lanjutnya. Kini, kasus anak kecanduan rokok tersebut ditangani oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak. IH akan direhabilitasi selama 1 bulan dengan melakukan perawatan secara medis, memeriksa fungsi organ-organ dalam dan melakukan pendekatan secara psikologis karena IH diduga korban salah asuh oleh orang tuanya.Selain itu Komnas PA juga akan melakukan persiapan kondisi orang tua dan lingkungan, agar jika IH dikembalikan ke rumahnya, ia tidak kembali mengonsumsi rokok.
By. Fabian Januarius Kuwado