Rokok, Faktor Risiko Terjahat Penyakit Jantung

Rokok, Faktor Risiko Terjahat Penyakit Jantung

By. H-3

“AH, masak sih rokok bikin sakit? Tetangga saya dari muda sampai sekarang sudah kakek-kakek merokok tiap hari tapi sehat-sehat saja.”Kalimat seperti itu kerap dilontarkan oleh mereka yang meragukan bahaya rokok. Bagi mereka, ribuan penelitian ilmiah yang membuktikan dampak buruk rokok terhadap kesehatan seakan omong kosong belaka.Dalam menanggapi hal tersebut, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita Hananto Andriantoro menyatakan pendapat itu keliru.”Mereka melihat satu-dua perokok yang menurut mereka tetap sehat, tapi mereka tidak melihat ribuan perokok yang terkena serangan jantung, kanker, dan stroke.” ujar Hananto di Jakarta, beberapa waktu lalu.Dokter yang kini menjabat Direktur Utama RSJPD Harapan Kita itu menjelaskan mungkin saja para perokok yang tetap sehat itu merupakan orang-orang yang secara genetik kuat melawan racun-racun di dalam rokok.

Namun, jumlah orang yang ge-netiknya seperti itu diyakini lebih sedikit daripada mereka yang gene-tiknya lemah terhadap dampak buruk rokok.Profil pasien penyakit jantung di RSJPD Harapan Kita menunjukkan kebenaran keyakinan itu. Sebuah penelitian yang mempelajari faktor-faktor yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner pernah dilakukan terhadap para pasien rawat inap di RSJP Harapan Kita pada 1996. Salah satu hasilnya menunjukkan 80% pasien jantung koroner ialah perokok.”Meski sudah lama, penelitian itu tetap relevan dengan kondisi sekarang.Saya amati, kalau ada 100 pasien jantung, sekitar 90 di antaranya perokok,” ujar Hananto.Sejatinya, bukti-bukti keterkaitan rokok dengan penyakit jantung sudah ada sejak lama. Hananto bahkan mengatakan, di antara sejumlah faktor risiko penyakit jantung, rokoklah yang paling “jahat. “Tidak jarang ada pasien yang bersih dari faktor risiko lain, tapi terserang penyakit jantung. Setelah diperiksa, ternyata dia perokok. Bisadikatakan, rokok bisa menjadi faktor risiko tunggal terjadinya serangan jantung.”

Deteksi dini

Selain rokok, lanjut Hananto, faktor risiko penyakit jantung ialah hipenensi, diabetes, dan kolesterol berlebih. “Ketika seseorang sudah menderita penyakit-penyakit itu, selain harus mengontrol penyakitnya, juga harus melakukan pemeriksaan deteksi dini penyakit jantung secara rutin,” jelas Hananto.Pun demikian dengan seorang laki-laki yang memiliki genetik atau riwayat keturunan penderita penyakit jantung. Ia perlu rutin melakukan deteksi dini penyakit jantung. Riwayat keturunan itu ditandai dengan adanya kasus serangan jantung pada ayah atau saudara kandung laki-laki pada usia di bawah 55 tahun.Deteksi dini, lanjut Hananto, dilakukan dengan sejumlah pemeriksaan. Antara lain pemeriksaan rekam jantung dan tread mill test. Bila diperlukan, dilakukan juga pemeriksaan lain seperti MRI jantung, CT scan, dan angiografi. “Layanan kita cukup lengkap untuk keperluan deteksi dini maupun penanganan lebih lanjut bila ditemukan kelainan.” (*/H-3)

Print Friendly, PDF & Email
line