Rokok Miskinkan Rakyat

[JAKARTA] Orang miskin di Indonesia temyata pecandu berat rokok. Sebagian besar penghasilannya habis untuk dibelikan sigaret. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, rokok menempati urutan kedua iengeluaran terbesar orang miskin setelah beras. “Ini yang mengecewakan. Dua komponen pengeluaran terbesar malah dihabiskan untuk rokok. Padahal, rokok enggak ada kalorinya,” ujar Kepala BPS Rusman Heriawan di Jakarta, Jumat (1/7).Menurut Rusman, masyarakat miskin di perkotaan dan di perdesaan masing-masing menghabiskan 25,44% dan 32,81% pengeluarannya untuk membeli beras. Sedangkan untuk rokok yang menempati urutan kedua, masyarakat miskin di perkotaan mengeluarkan 7,7% dan di perdesaan 6,3%.Sumbangan terbesar lainnya, kata Rusman, adalah telur ayam ras 3,41% di perkotaan dan 2,47% di perdesaan, gula pasir 2,84% di perkotaan dan 3,89% di perdesaan, mi instan 2,73% di perkotaan dan 2,33% di perdesaan.Komoditas bahan makanan yang memberi sumbangan besar terhadap garis kemiskinan adalah biaya perumahan yang mencapai 8,85% di perkotaan dan 6,653% di perdesaan, listrik 3,48% di perkotaan dan 1,92% di perdesaan, pendidikan 2,77% di perkotaan dan 1,45% di perdesaan. Lainnya adalah angkutan 2,61% di perkotaan dan 1,25% di perdesaan, bensin 2,02% di perkotaandan 1,54% di perdesaan.

BPS juga menetapkan garis kemiskinan yang baru untuk mengukur jumlah penduduk miskin. Jika pada Maret 2010 garis kemiskinan ditetapkan Rp 211.726 per kapita per .bulan, per Maret 2011 naik menjadi Rp 234.740 atau meningkat 10,39%.Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengungkapkan, batas garis kemiskinan naik akibat kenaikan biaya hidup. Namun, itu masih terbilang wajar karena diimbangi pendapatan dan daya beli masyarakat yang meningkat.Data BPS menunjukkan, penduduk miskin di Indonesia per Maret 2011 berjumlah 30,02 juta orang (12,49%) dari total populasi atau turun 1 juta orang (0,84%) dibandingkan Maret 2010 sebanyak 31,02 juta orang (13,33%).Dalam mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan. Garis kemiskinan makanan adalah nilai mengeluarkan kebutuhan minimum makanan sebesar 2.100 kilokalori.Untuk tingkat kemiskinan 2011, BPS menggunakan sumber data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Konsumsi Maret 2011 dengan jumlah sampel sekitar 75.000 rumah tangga.Selama Maret 2010-Maret 2011, menurut Rusman Heriawan, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sekitar 0,05 juta orang, dari 11,10 juta menjadi 11,05 juta. Sedangkan, jumlah orang miskin di perdesaan turun 935.000 orang, dari 19,93 juta orang jadi 18,97 juta orang.Dari sisi persentase, jumlah penduduk miskin tidak mengalami banyak perubahan. Penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang dari 9,87% menjadi 9,23%. Adapun penduduk miskin di daerah perdesaan menyusut dari 16,56% menjadi 15,72%.

Rusman Heriawan mengungkapkan, faktor penurunan kemiskinan dipicu beberapa hal, seperti inflasi yang rendah, upah buruh bangunan yang naik 7,14% dan produksi padi yang meningkat 2,4%.Faktor lainnya, yaitu per-baikan penghasilan petani sebesar 2,09% dan pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan 1-2011 sebesar 6,5% dibanding triwulan 1-2010 yang mencapai 5,6%.Rusman menambahkan, peranan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan nonkomoditas, masing-masing 73,50% per Maret 2010 dan 73,52% per Maret 2011.Dari sisi pulau, tingkat kemiskinan tertinggi di Papua dan Maluku (25,95%), disusul Bali dan Nusa Tenggara (15,63%),Sumatera (12,56%) dan Sulawesi (12,20%), Jawa (12,14%), dan Kalimantan (6,92%).Berdasarkan data BPS, indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan pada Maret 2011 turun 2,08% dibandingkan Maret 2010 sebesar 2,21%. Sedangkan, indeks keparahan kemiskinan turun dari 0,58% menjadi 0,55%.Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yang juga Direktur Eksekutif Indef Ahmad Erani Yustika mengatakan, garis kemiskinan yang digunakan pemerintah masih terlalu rendah, kendati sudah dinaikkan dari Rp 211.726 jadi Rp 234.740 per kapita per bulan. “Itu angka kemiskinan akut,” ujarnya.Dia menambahkan, Indonesia sebaiknya segera menaikkan garis kemiskinan berdasarkan standar Bank Dunia sebesar USS 2 per kapita per hari atau sekitar Rp 510.000 perbulan. [ID/H-12]
By. ID/H-12

Print Friendly, PDF & Email
line