Sakit akibat Rokok Dominasi BPHI Madinah

Sakit akibat Rokok Dominasi BPHI Madinah

By. Yudhunna

MADINAH (Suara Karya) Jumlah pasien yang sakit akibat merokok, mendominasi ruang perawatan di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Madinah, Arab Saudi.Demikian dikemukakan Kepala BPHI Madinah dr Septa Ekanita Hakim, di Madinah, Arab Saudi, kemarin. “Kebanyakan jemaah yangdirawat adalah laki-laki, rata-rata mereka perokok,” ujarnya. Sejak akhir pekan lalu, tutur dia, BPHI Madinah merawat 40 lebih pasien. “Hampir 80 persen kapasitas BPHI Madinah terisi, 30 persen adalah pasien gangguan paru-paru dan pernapasan,” kata Ekanita.Dia mengatakan, faktor kelelahan dan suhu udara yang dingin di Madinah, turut memicu penurunan kesehatan jemaah. Apalagi, lanjut dia, sebagian besar jemaah merupakan lanjut usia yang mengidap penyakit bawaan seperti jantung, pneumonia, diabetes mellitus. Kondisi tersebut kian diperparah karena yang bersangkutan juga merokok. Bahkan, sebagian besar jemaah lansia yang mengalami gangguan kembang-kempis paru itu, punya kebiasaan merokok. “Kalau hanya dehidrasi, mudah menanganinya. Masalah muncul, karena mereka juga ada dasar penyakit tertentu,” ujar Ekanita.

Ekanita menjelaskan bahwa PPOK adalah penyakit paru obstruktif kronik, atau dalam bahasa Inggris chronic obstruc-tive pulmonary disease (COPD), yakni penyakit paru kronik.”PPOK ditandai dengan keterbatasan aliran udara di dalam saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel, bersifat progresif, dan biasanya disebabkan oleh proses inflamasi paru yang disebabkan oleh pajanan gas berbahaya yang dapat memberikan gambaran gangguan sistemik,” ujarnya. Gangguan ini, tutur dia, dapat dicegah dan diobati asal pasien bersungguh-sungguh berhenti merokok. Menurut Ekanita, penyebab utama PPOK adalah rokok, asap polusi dari pembakaran, dan partikel gas berbahaya. “Gangguan aliran udara dalam saluran napas disebabkan proses inflamasi paru yang menyebabkan terjadinya kombinasi penyakit saluran napas kecil {small airway disease) dan destruksi parenkim (emfisema),” katanya.Ekanita menuturkan, gejala dan tanda PPOK, di antaranya adalah sesak napas, batuk kronik, produksi sputum, dengan riwayat pajanan gas/prtikel berbahaya, disertai pemeriksaan faa! paru.

“Indikator diagnosis PPOK adalah penderita di atas usia 40 tahun, dengan sesak napas yang progresif, memburuk dengan aktivitas, persisten, batuk kronik, produksi sputum kronik, riwayat pajanan rokok, asap atau gas berbahaya di dalam lingkungan kerja atau rumah,” ucapnya.Ekanita mengatakan, hingga kini, jemaah yang dirawat di BPHI masih 29 orang, sedangkan di rumah sakit Arab Saudi mencapai 17 orang. “Mereka memiliki penyakit yang bervariasi, diabetes, jantung, kanker, gagal ginjal,” ucapnya.Eka menambahkna, sejauh ini, pihaknya juga telah menerima limpahan jemaah yang sakit dari BPHI Mekah. “Pelimpahan sampai lima kali, masing ada yang delapan, tujuh, tiga, empat, dan lima pasien. Lebih 20 jemaah yang diterima,” ujarnya.Soal tanazul atau mempercepat kepulangan jemaah yang sakit ke Tanah Air, kini masih terus dilakukan. “Kalau jemaah yang kondisi kesehatannya bagus, akan dikembalikan ke kloternya, jika masih sakit, akan kembali dirawat,” ucapnya.Berdasarkan data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama, jemaah yang meninggal saat ini mencapai 398 orang. Dengan rincian, wafat di Madinah 35 jemaah, Mekah 318, Jedah 9, meninggal dunia di perjalanan 5, dan di Armina 31 orang. (Yudhunna)

Print Friendly, PDF & Email
line